;

KEJUJURAN BERBUAH PAHIT…???

e-Document| Betapa mahalnya sebuah kejujuran di negeri ini, seperti yang terjadi Surabaya baru-baru ini, yang menimpa Siami orang tua siswa di SDN 2 Gadel. Siami melaporkan bahwa anaknya Al dipaksa gurunya memberikan contekan kepada teman-temannya pada UN tanggal 10-12 Mei 2011 lalu. Dari kejujurannya, membuah petaka bagi Siami dan keluarga, dia dibenci, dicaci dan diusir oleh warga kampungnya.

Dan yang sangat mengherankan, pernyataan yang dikemukakan oleh Menteri Pendidikan Nasional Moh. Nuh seperti yang dilansir oleh Metrotvnews.com “Kementrian Pendidikan Nasional berkesimpulan tidak terjadi contek massal di SDN 2 Gadel, Surabaya Jawa Timur. Menteri Pendidikan Nasional M Nuh dalam keterangan persnya siang ini menyatakan kesikmpulan tersebut diperoleh berdasarkan penelitian terhadap pola jawaban terhadap soal UN serta nilai akhir UN tersebut. Selain itu, selama UN berlangsung di SDN 2 Gadel, pengawasan dilakukan oleh guru dari wilayah lain. Mendiknas menyatakan, setelah melakukan penelitian yang seksama terhadap dua parameter tersebut, maka disimpulkan tidak terjadi contek massal dalam pelaksaan UN di SDN 2 Gadel yang kini ramai dibicarakan banyak pihak.”

Jika Kementerian Pendidikan Nasional dalam meneliti masalah ini hanya didasarkan pada dua parameter yang dikemukakan oleh Mendiknas saja, tidaklah cukup. Sebab guru itu tidak “idiot” banyak cara dan metode yang digunakan untuk “membantu” siswa dalam ujian.

Seperti hasil pengamatan yang saya lakukan dan saya alami, ternyata kasus seperti ini tidak hanya terjadi di SDN 2 Gadel saja, dibanyak daerah pun ini terjadi. Cuman tidak sampai mencuat ke permukaan. Ok kita bahas dua parameter yang dkemukakan oleh Mendiknas dalam kasus di SDN 2 Gadel, dari perspektif pengamatan saya.

Parameter Pertama adalah Pola Jawaban Terhadap Soal UN. Berdasarkan hasil dari pengamatan saya, jika guru yang membantu siswa dalam UN “idiot” mungkin jawabannya akan sama semua, tapi yang jadi masalahnya guru itu tidak “idiot”. Banyak metode dalam membantu siswa dalam UN, salah satunya guru membuat kunci jawaban dari soal UN. Ketika ujian selesai LJK dibawa ke sebuah ruangan khusus dan diperiksa hasil isian siswa, tidak nilai dari hasil pemeriksaan guru siswa sudah mendapat nilai minimal yang ditentukan, jawaban siswa dibiarkan. Tapi klo hasil nilainya kurang, baru diperbaiki sampai mencapai nilai minimal yang ditargetkan. Walaupun kunci jawaban yang buat guru pun belum tentu benar.

Parameter Kedua adalah Pengawas dilakukan oleh guru dari wilayah lain. Dari parameter ini, tidak bisa menjamin tidak terjadi kecurangan dalam proses ujian, sebab guru juga manusia, yang bisa di sogok hanya dengan sebungkus rokok, dan juga mereka akan berpikir dua kali jika mereka akan melakukan pengawasan ujian dengan ketat. Jika itu dilakukan maka siswa mereka pun akan bernasib sama.

Dalam kesempatan ini, saya mengajak kepada seluruh komponen masyarakat,mari kita ajarkan kepada anak-anak kita kejujuran bukan kebohongan, walaupun buah dari kejujuran itu rasanya pahit…!!!

SILAHKAN BACA JUGA ARTIKEL DIBAWAH INI

e-Document - 05.35

3 komentar:

Kaita mengatakan...

pemerintah memang berniat tutup mata, tutup telinga untuk kasus ini. bagaimanapun gampangnya soal ujian, dengan minimal nilai 6 sangat tidak masuk akal jika 99,99% pelajar indonesia bisa lulus ujian. dulu keltika masih zamannya ebtanas, ketika saya mendapat nilai rata2 6,5 di Nilai Evaluasi Murni (NEM) senangnya bukan main. saya bekerja keras untuk itu. sekarang siswa mendapat nilai rata2 delapan, nggak ada kebanggaan sama sekali, karena mereka semua sadar itu bukan hasil kerja mereka. Para siswa diam, karena mereka merasa "dibantu", para guru diam, demi menjaga nama baik sekolah, para pengawas diam, demi nama baik daerah, para pejabat dinas pendidikan diam karena bagi mereka semakin tinggi persentase kelulusan, akan dinilai baik oleh atasannya. Pemerintah pusat diam, karena tidak ingin dibilang UAN produk gagal. Kebanyakan dari kita diam karena anak-anaknya merasa dibantu, sebagian dari kita diam karena sudah lelah atau tidak peduli. sebagian kita bicara tapi biasanya berlindung dibalik anonimitas.

Unknown mengatakan...

jujur, jujur dan jujur

Peluang Bisnis Online tanpa Ribet - Sigodang Pos mengatakan...

Memang kejujuran itu kadang menyakitkan.
tapi kejuran itu memberikan kepuaan tersendiri dalam hidup kita.

Posting Komentar

Komentarnya saya tunggu, baik berupa kritik ataupun saran tetapi jangan melakukan SPAM