;

NILAI-NILAI AL-QUR’AN DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

e-Document| Point utama pembahasan ini adalah mencari upaya yang sungguh-sungguh agar pendidikan Islam menjadi pilihan utama bagi masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pencerdasan akal pikiran dan sekaligus pencerdasan Qalbu merupakan langkah yang sangat efektif dalam membangun bangsa yang saat ini memerlukan generasi-generasi memiliki kecerdasan intelektual dan cerdas Qalbunya. Kedua kecerdasan ini hanya akan diperoleh bilamana lembaga pendidikan menggali dan menyalami nilai-nilai yang diajarkan Al-Qur’an dalam membangun kualitas Sumber Daya Umat (SDU) yang berkualitas dengan cara mengaktualisasikan nilai-nilai Qurani dalam system pendidikan Islam.

A.      Al-Qur’an Sebagai Sumber Nilai

Al-Qur’an tidak hanya sebagai petunjuk bagi suatu umat tertentu dan untuk periode waktu tertentu, melainkan menjadi petunjuk yang universal dan sepanjang waktu. Al-Qur’an adalah eksis bagi setiap zaman dan tempat. Petunjuknya sangat luas seperti luasnya umat manusia dan meliputi segala aspek kehidupan.

Bukan saja ilmu-ilmu keislaman yang digali secara langsung dari Al-Qur’an, seperti ilmu tafsir, fikih dan Tauhid, akan tetapi Al-Qur’an juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, karena banyaks ekali isyarat-isyarat Al-Qur’an yang membicarakan peroalan-perosalan sains dan teknologi dan bidang keilmuan lainnya.

Bercermin pada wahyu pertama kali turun kepada Rasulullah Saw., Allah adalah untuk mencanangkan dan mendorong manusia agar mencari dan menggali ilmu pengetahuan, yaitu dengan kata-kata “iqra” (Q.S. Al-‘Alaq/96: 1-5). Dalam ayat-ayat permulaan itu ada kata-kata “qalam” yang berarti pena yang biasa menjadi lambang ilmu pengetahuan. Dengan demikian muncul berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi melalui semangat dan spirit Al-Qur’an. Makin banyak di gali ayat-ayat Al-Qur’an itu, makin banyak pula didapati isyarat tersebut. Hal itu karena Al-Qur’an tidak akan habis-habisnya walaupun ditulis dengan tinta lautan yang luas, bahkan di tambah dengan tujuh lautan lagi (Q.S. Luqman/31: 27).

Tuntunan dan anjuran untuk mempelajari Al-Qur’an dan menggali kandungannya serta menyebarkan ajaran-ajarannya dalam praktek kehidupan masyarakat merupakan tuntunan yang tidak akan pernah habis. Menghadapi tantangan dunia modern yang bersifat sekuler dan materialistis, umat Islam dituntut untuk menunjukan bimbingan dan ajaran Al-Qur’an yang mampu memenuhi kekosongan nilai moral kemanusiaan dan spiritualitas, di samping membuktikan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang bersifat rasional dan mendorong umat manusia untuk mewujudkan kemajuan dan kemakmuran serta kesejahteraan. Banyak ungkapan Al-Qur’an yang secara langsung maupun tidak tersirat mengajarkan pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu alam, social dan humaniora. Meski bukan ilmu an-sich sebagai tujuan, tetapi dari semua isyarat  tentang ilmu pengetahuan, yang diungkap oleh Al-Qur’an yang tidak dikenal pada masa turunnya, seperti dikatakan Dr. Aurice Bucaille dalam bukunya Al-Qur’an, Bible dan Sains Modern, telah terbukti tak satupun yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern.

Isyarat Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan dan kebenarannya sesuai dengan ilmu pengetahuan hanyalah salah satu bukti kemu’jizatannya. Ajaran Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan  (science) yang bersifat fisik dan empiric sebagai fenomena, tetapi lebih dari itu ada hal-hal nomena yang tak terjangkau oleh rasio manusia (Q.S. 17:18, 30:7, 69:38-39). Dalam hal ini fungsi dan penerapan ilmu pengetahuan juga tidak hanya untuk kepentingan ilmu dan kehidupan manusia semata, tetapi lebih tinggi lagi untuk mengenal tanda-tanda, hakikat wujud dan kebesaran Allah SWT. serta mengaitkannya dengan tujuan akhir, yaitu pengabdian kepada-Nya (Q.S. 2:164, 5:20-21, 41:53).

Nilai-nilai Qurani secara garis besar adalah nilai kebenaran (metafisis dan saintis) dan nilai moral. Kedua nilai Qur’ani ini akan memandu manusia dalam membina kehidupan dan penghidupannya.

B.      Aktualisasi dalam Sistem Pendidikan Islam

Sesuai perkembangan masyarakat yang semakin dinamis sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi, maka aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an menjadi sangat penting. Karena tanpa aktualisasi kitab suci ini, umat Islam akan menghadapi kendala dalam upaya internalisasi nilai-nilai Qur’ani sebagai upaya pembentukan pribadi umat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, maju dan mandiri.

Secara normative, tujuan yang ingin dicapai dalam proses aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan meliputi tiga dimensi atau aspek kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan oleh pendidikan. Pertama, dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan mu’amalah). Dimensi spiritual ini tersimpul dalam satu kata yaitu akhlak. Akhlak merupakan alat control psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan berada dengan kumpulan hewan dan binatang yang tidak memiliki tata nilai dalam kehidupannya. Rasulullah Saw merupakan sumber akhlak yang hendaknya diteladani oleh orang mukmin, seperti sabdanya. “Sesungguhnya aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Pendidikan Akhlak dalam Isalm tersimpul dalam prinsip “berpegang teguh pada kebaikan dan kebijakan serta menjauhi keburukan dan kemungkaran” berhubungan erat dengan upaya mewujudkan tujuan dasar pendidikan Islam, yaitu ketakwaan, ketundukan dan beribadah kepada Allah SWT.

Kedua, dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini secara universal menitikberatkan pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan factor dasar (bawaan) dan factor ajar (lingkungan atau miliu), dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman. Faktor dasar dikembangkan dan ditingkatkan kemampuan melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir, bersikap dan bertingkah laku menurut norma-norma Islam. Sedangkan faktor ajar dilakukan dengan cara mempengaruhi individu melalui proses dan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma-norma Islam seperti teladan, nasehat, anjuran, ganjaran, pembiasaan hukuman dan pembentukan lingkungan serasi.

Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan, yaitu cerdas, kreatif, terampil, disiplin, etos kerja, professional, inovatif dan produktif. Diemsni kecerdasan dalam pandangan prikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga proses yaitu analisis, kreativitas dan praktis. Kecerdasan apapun bentuknya, baik IQ, ISQ dan lain-lain saat ini diukur dengan tes-tes prestasi di sekolah, dan bukan merupakan prestasi di dalam kehidupan. Dulu kecerdasan itu diukur dengan membandingkan usia mental dengan usia kronologis, tetapi saat ini tes IQ membandingkan penampilan individu dengan rata-rata bagi kelompok dengan usia yang sama. Tegasnya dimensi kecerdasan ini berimplikasi bagi pemahaman nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan


Referensi:    Aktulisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam. Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A. Ciputat Press


SILAHKAN BACA JUGA ARTIKEL DIBAWAH INI

e-Document - 19.31

1komentar:

ekagurunesam mengatakan...

salam mantap...
semakin berilmu semakin tahu hakikat Alloh menciptakan ciptaannya..

Posting Komentar

Komentarnya saya tunggu, baik berupa kritik ataupun saran tetapi jangan melakukan SPAM